Berikan Vaksinasi Kerbau di 8 Desa, Kecamatan Pampangan Tujuan Untuk Selamatkan Kerbau dari Kepunahan.

Advertorial

AmperaBlitz.com, Ogan Komering Ilir — Penyelamatan kerbau asli Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir dari kepunahan terus dilakukan oleh  tenaga medis veteriner UPTD Puskeswan.

Hewan ilmiah bernama Bubalus Bubalis ditetapkan sebagai plasma nutfah khas Bumi Bende Seguguk lewat keputusan menteri pertanian nomor 694/KPTS/PD.410/2/2013 dan saat ini mendapatkan ancaman penyakit septicaemia epizootica (SE) atau penyakit ngorok.

Disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) OKI, Dedy Kurniawan kegiatan vaksinasi telah dilakukan di Desa Kuro, Bangsal, Ulak Depati, Pulau Layang, Menggeris, Pampangan, Secondong, Pulau Betung.

“Dimana kegiatan vaksinasi juga akan berlangsung selama tiga hari, melibatkan seluruh dokter hewan se kabupaten OKI serta paramedik veteriner se Kabupaten OKI,” katanya ketika dikonfirmasi Rabu (18/9/2024) sore.

Menurutnya, kegiatan ini tidak lain dan tak bukan bertujuan mencegah punahnya kerbau pampangan. 

“Setidaknya inseminasi buatan dan transfer embrio menjadi salah satu jalan keluar dalam melestarikan Kerbau Pampangan,” ungkapnya.

Selain itu, hal ini bertujuan juga mendukung program pelestarian  yang diperlukan UPTD pembibitan dan hijauan pakan ternak. 

“Untuk UPTD pembibitan, kami juga  telah mengajukan rancangan peraturan daerah (raperda) untuk pendiriannya,” terang dia.

Sementara dokter hewan Wahyu Tri Utomo, mengungkapkan terdapat 7 ancaman pelestarian kerbau Pampangan yaitu wabah penyakit hewan menular strategis bersifat cepat dan fatal.

Selanjutnya angka penyakit ngorok sebesar 41,25 persen, lalu angka kematian 7,4 persen dan untuk angka kelahiran hanya 9,75 persen.

“Dari populasi sebanyak 9.342 ekor tahun 2024 ini diperkirakan turun jadi 454 ekor di tahun 2030 nanti. Disebabkan dari pengaruh cuaca ekstrim, kemarau panjang dan curah hujan dan kelembapan tinggi,” paparnya.

Masih kata dia, lebih dari 70 persen  habitat kerbau Pampangan berada di perairan lebak pasang surut yang saling terhubung. 

Maka sangat perlunya manajemen penanganan penyakit efektifitas hasil karantina sebesar 95 persen, pengobatan 94 persen dan ketersediaan sumber pakan dan air minum yang steril.

“Penting juga untuk memanajemen penanganan bangkai di tengah lebak pasang surut,” pungkasnya.