Disbudpar OKI Gelar Midang Bebuke yang Merupakan Adat Perkawinan Tertinggi di Morge Siwe.

Advertorial

banner 468x60

AmperaBlitz.com, Ogan Komering Ilir — Dihari ketiga dan keempat lebaran Idhul Fitri 1445 H, perayaan semakin meriah dengan digelarnya midang bebuke (arak-arakan pakaian adat-istiadat) yang menjadi tradisi turun temurun masyarakat Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Terlihat adanya arak-arakan puluhan pasangan pengantin yang mengelilingi sungai Komering dengan diiringi musik tanjidur pada Sabtu (13/4/2024) siang.

banner 336x280

Saat dikonfirmasi Penjabat Bupati OKI, Asmar Wijaya mengapresiasi dengan dukungan dari masyarakat sehingga tradisi midang tetap terjaga sampai sekarang.

“Tentu tradisi ini tetap terjaga berkat dukungan masyarakat. Saya melihat selama 2 hari digelarnya kegiatan ini antusiasme dan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk menjaga warisan leluhur,” terangnya.

Ditambahkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) OKI, Ahmadin Ilyas menyebut rangkaian midang tahun 2024 ini bertambah meriah dengan adanya perlombaan cang incang.

Dimana cang incang merupakan salah satu jenis sastra lisan yang melekat dengan tradisi masyarakat Kayuagung, biasanya ditampilkan dalam upacara perkawinan.

Hingga kini tradisi ini masih kelihatan fungsinya baik di dalam kalangan masyarakat yang tinggal di dalam Kayuagung maupun yang tinggal di kecamatan lainnya.

“Harapan kami dengan adanya perlombaan Cang Incang, maka akan ada generasi penerus yang akan terus melestarikan tradisi turun-temurun asli Kayuagung,” kata Ahmadin.

Dijelaskan Madin, pada hari pertama kemarin midang bebuke diikuti oleh 6 Kelurahan antara lain, Kedaton, Perigi, Kayuagung Asli, Cinta Raja, Sidakersa dan Tanjung Rancing.

Sedangkan untuk di hari ini diikuti Kelurahan Kuta Raya, Sukadana, Paku, Mangun Jaya dan Jua-Jua.

“Rute perjalanan dimulai dari Kelurahan Kayuagung Asli menuju Kedaton. Lalu menyebrang pakai perahu ketek menuju ke Jua-jua dan berkumpulnya di pendopoan rumah dinas Bupati OKI, dirangkai dengan perlombaan cang-incang,”

“Setelah itu barulah para peserta, dapat kembali ke kelurahan masing-masing,” tutur Ahmadin.

Sementara itu sesepuh dan tokoh masyarakat Kayuagung, Saiful Ardan menceritakan mulanya midang bebuke terjadi sekitar abat ke 17 yang dijadikan sebagai syarat pernikahan.

Saiful menyebut saat itu ada perseteruan antara pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Pihak mempelai laki-laki berasal dari keluarga yang miskin sementara pihak perempuan berasal dari keluarga yang terpandang.

Selanjutnya pihak perempuan meminta sejumlah syarat kepada keluarga laki-laki berupa arak-arakan kereta hias menyerupai naga lengkap dengan bawaannya.

“Jadi sejak peristiwa itulah, masyarakat Kayuagung kerap menyelenggarakan acara midang bebuke morge siwe,” ungkapnya.

Dijelaskanya juga, midang dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat Kayuagung, sedangkan bebuke artinya lebaran.

“Kala itu midang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di morge siwe (sembilan marga -red) merupakan persyaratan untuk jemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki atau masuk dalam adat istiadat perkawinan,”

“Seiring dengan berjalannya waktu midang ini terus mengalami perkembangan sehingga menjadi sebuah agenda pariwisata di OKI,” tukasnya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *