AmperaBlitz.com, Ogan Komering Ilir — Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan sudah mulai berjalan.
Setidaknya terdapat 1.051 rumah tidak layak huni yang tersebar di 60 desa memperoleh dana bantuan rehabilitasi program yang digulirkan pemerintah pusat periode 2023 ini.
Dimana salah satu program dari Kementerian PUPR yang diturunkan atas aspirasi anggota Komisi V DPR RI, H. Ishak Mekki guna membantu masyarakat kurang mampu yang mendiami rumah tidak layak huni.
Meskipun banyak warga yang senang mendapatkan program ini. Namun diduga ada oknum-oknum yang mempersulit dan sengaja ingin mengambil keuntungan dibalik layar.
Poto : salah satu rumah penerima bantuan BSPS yang akan direnovasi.
Hal tersebut seperti yang disampaikan Salah satu Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) yang enggan menyebutkan namanya. Ia menyebut jumlah bantuan setiap penerima yaitu sebesar Rp 20.000.000.
Dana yang diberikan terbagi yaitu Rp 17.500.000 untuk pembelian material dan sisanya Rp 2.500.000 yang diberikan dalam bentuk uang.
“Tetapi syarat utama penerima bantuan harus membeli material melalui kontrak toko terlebih dahulu. Jadi bantuan ini disalurkan melalui toko yang siap untuk menalangi dulu material senilai Rp 17.500.000 tersebut,”
“Setelah bangunan selesai, barulah diberikan uang secara tunai senilai Rp 2.500.000 untuk biaya pembayaran upah tukang bangunan,” ujarnya saat diwawancarai.
Dijelaskannya, terdapat banyak tahapan yang dilalui sebelum program berjalan seperti misalnya verifikasi, sosialisasi, survei dan kontrak toko material.
Selain itu juga terdapat laporan penggunaan dana tahap satu dan tahap dua berupa RAB (Rencana Anggaran Biaya). Barulah pembagian upah tukang bangunan.
“Jadi dari tahap pertama saja yaitu tahapan verifikasi sudah mulai banyak intervensi mulai dari adanya oknum yang mengatasnamakan sebagai Tenaga Ahli (TA) dari pak Ishak Mekki. Hampir setiap kecamatan ada bahkan di beberapa desa ada oknum tersebut,” ujarnya.
Masih kata dia, sesuai keterangan yang didapatkan. mereka (oknum) beralasan jika merekalah yang membawa nama desa itu atau nama penerima bantuan dari program tersebut.
“Sewaktu verifikasi saja, ada yang namanya lolos dan tidak lolos. Sewaktu kami mencari pengganti karena calon penerima tidak lolos memenuhi syarat seperti tinggal diatas air atau tanah status menumpang jadi kan ada pengganti penerima bantuan,”
“Untuk mencari penerima bantuan untuk pengganti saja, mereka atau oknum yang mengatasnamakan TA ini sudah mengintervensi. Semisal merekomendasikan keluarga mereka saja atau warga kami saja,” ujarnya, menjelaskan salah satu intervensi yang dilakukan.
Tidak hanya itu saja, kadang kala intervensi juga dilakukan berupa pengancaman untuk meminta sejumlah uang yang ditujukan kepada calon penerima bantuan.
“Kami juga kerap mendapatkan intervensi dimana oknum menyampaikan permintaan dari TA baik berupa uang, permintaan mengarahkan ke toko maupun ingin mengisi material non pabrikan seperti misalnya bata, pasir, koral dan kayu,”
“Sampai-sampai kami pendamping TFL dan ada beberapa kepala desa juga bingung mau menanggapi seperti apa dan merasa tersudut,” keluhannya.
Menurutnya intervensi bukan hanya terjadi bagi toko material yang diminta sejumlah uang. Namun untuk pengajuan daftar nama penerima program juga sudah ada indikasi lobi dari oknum tersebut.
Bahkan ancaman ke pihak desa yang berupa kepala desa harus mengikuti petunjuk oknum TA untuk mengarahkan penerima bantuan membeli material di toko tertentu.
“Permintaan yang menyalahi aturan juga disampaikan jika kami (pendamping TFL) tidak dibolehkan menyerahkan rincian harga setiap material di RAB tidak diberikan ke penerima bantuan,”
“Kami tidak bisa mengikuti permintaan itu untuk tidak menyerahkannya,” sebutnya, bagaimana warga bisa tahu bantuan apa saja yang mereka dapatkan.
Diduga alasan tidak diperbolehkannya menyerahkan rincian RAB. Lantaran oknum-oknum yang mengatasnamakan TA tersebut berkeinginan sebagai pemasok bahan material kepada penerima.
“Kalau sudah ada permainan seperti ini, sudah pasti volume material dikurangi dan hasil yang didapatkan tidak maksimal,” pungkasnya.